Andi

Daun Tua

Daun tua terseyum menanti masa

Awal ada akhir tiba

Aroma dilepas kegelapan digenggam

Penantian tiba usah dirasa

Detik tinggal detik berharga

Pesan pada generasi nyata

Ku kan meraih takdir Ilahi

Menghancurkan membusukan diri

Hancur tubuhku hidup bagimu

Menaungi gumpalan tanah suci

Teduh damai akar rumput melata

Meyebar nuansa harum desa

Tuaku tak sia-sia

Andi 120909

Ambruk

Air mata memecah selaput

Mengikis ribuan alur keriput

Bulu bulu pun ikut ribut

Melihat kau beringsut

Masa ketuban pecah telah berlalu

Yang ada kulit ari kering keriput

Masa madu di madu tinggal botol kerontang

Terpuruk dicomberan lokalisasi

Seyum, sapa lembut seringai serigala

Caci maki sumpah serapah makanan cacing pita

Panen ladang kebejatan dihamparan hati

Kunyah lumat dalam rongga jantung membusuk

Puncak emas ambruk berkeping

Pecahan sesal tak kunjung bersatu

Ratapan lirih sebatas kecoak berlari

Tiada siapa perduli

Andi, 100909

Untukmu

Kau selipkan tiket cinta dihatiku

Sedangkan aku tak pantas untuk menerima

Berani kau meyisip rusuk kiriku

Walau sepenggal nafas mahar nikahku

Maafkan sayang

Curiga atas ketulusanmu

Kewajiban atau pengabdian

Keduanya pengorbanan

Malam sholat tahjud

Matahari setombak sholat dhuha

Sepanjang hari berbakti ‘ntuk keluarga

Kau adalah lilin keluarga

Tubuhmu habis dimakan letih

Namun seyummu tetap terukir

Memberi cahaya rumah ini

Ya Rabbi, balaslah Surga untuk dia.

Amin

Andi, 080909

Kenapa

Kenapa hati ini hampa

Bukankah pernah terisi cita

Penuh nyayian harta

Coklat manis suka cita

Apakah makna cita teraih sudah

Atau hati ini tertutup jelaga kereta

Mencair menutup pori rasa

Tersumbat detak jantung sekata

Atau dunia semakin tua

Segala asa tumpah ruah tak bermakna

Membosankan memuakan

Semuanya gossip elite sumber sengsara

Kenapa apakah

Sekedar kata pelampiasan rasa

Tak perlu tegur sapa

Karena kita sama menderita

Andi 070909

Ratapan

Terik hisap sisa embun entah kemana, leyap

Siapa perduli walau secuil ada teringat

Bumi gersang membakar kalbu

Terasa tapi hampa

Telinga ada tak mendengar teriakan ikan sedang sekarat

Retakan sawah tersirat kata menorehkan pesan penuh cerca

Manusia manusia serakah berjemaah perkosa pertiwi

Tancapkan beliung nista diri

Jeritan tersedak merobek selaput

Terkapar, mati tidak mati hanya lirihan desis gambut derita

Kering, kering tanpa dasar tanpa akhir

Menggelinjang menahan derita saat detik berlalu

Perlahan aku menuju kematian

Kasihanilah kami wahai insan

Andi. 020909

Tersesat

Ku tau lorong itu menyesatkan

Ditingkah wangi parfum memabukan

Taburan seyum manis menghancurkan

Belaian palsu menghanyutkan

Naif, aku jatuh dalam pelukanmu

Menghitung pori nafsu tak berujung

Telan keringat kering mengikis

Bergelantungan pada tubuh tak bernafsu

Nafas tersengal tersedak lahar nista

Mendengus bagai banteng sekarat

Sehirup ‘tuk bertahan hidup

Diluar sana masih berhitung

Gelombang gairah meredup

Riak kecil pun tak tertinggalkan

Kau lenyap tanpa nuansa

Tinggalkan aku dalam dosa

Andi 020909

Kenapa ya kalau orang marah itu suka membanting pintu pada saat keluar ruangan atau menggebrak meja pada saat berbicara dengan lawan bicaranya.

Adenium

Kuelus bokongmu yang indah

Meliuk kiri kanan memecah pandang

Bak gadis remaja pamer pesona

Mengundang alam ’tuk mencumbumu

Tubuhmu semampai beribu ayun

Tanganmu menjulur menggapai cita

Kakimu kokoh menghunjam bumi

Tiada kata indah tersisa untukmu

Zahra, Aqila, Black Beauty, Shangri-La

Indah namamu bagai nama swarga loka

Semarak warnamu cahaya taman

Daun beriak hamparan telaga impian

Adenium, bunga indah penenang jiwa

Penuh pesona lukisan alam

Rekayasa sang Maha Pencipta

Allahuakbar, Allahuakbar

Andi, 25 Agustus 2009

Selamat menjalankan ibadah Puasa

Jejak

Kupungut satu persatu jejak kakimu

Kusulam dengan urat nadiku

Direkat dengan getah bening tubuhku

Termaktub cerita derita dan bahagia

Kubaca, kumakan huruf perkata

Tak berkedip pipi mengejang

Lorong gelap gulita setitik cahaya

Memberi asa lubuk derita

Bahagia membelah dada

Tersirat rasa puas sedetik masa

Mengelinjang kalbu menekan rasa

Tapak kakimu penuh cerita

Ayah Ibu tercinta

Tak sepotong belanga secercah harta

Kau serakan untukku melangkah

Kutertatih dengan tapakmu dalam pelukannu

Jiwa ini menetes tempias demi tempias

Mengisi hidup penuh harap

Walau berat penuh derita

Amanahmu ada dalam dada

Andi 190809

Assalamuaikum w.w

Setiap memasuki Bulan Ramadhan, Pemda disetiap kota sibuk melakukan razia kesemua tempat maksiat, seperti panti pijat, warung remang-remang dan lain sebagainya dengan embel-embel menghormati Bulan Suci Ramadhan

Menurut saya pribadi, maaf kalau ada yang tersinggung, apa yang dilakukan Pemda ini tidak pada tempatnya dan tidak mencapai sasaran sama sekali, karena yang harus diingat sebagi umat Islam yang baik dan patuh menjalankan Syariatnya, bukan hanya pada Bulan Ramadhan saja harus “suci”, tapi setiap hari sepanjang tahun harus bersikap Sholeh, sopan penuh dengan nilai-nilai Islam.

Kalau beribadahnya hanya di bulan Ramadhan saja, apakah itu yang diminta oleh Islam?

- Hanya menjelang bulan Ramadhan / dalam bulan Ramadhan penutupan tempat hiburan di lakukan.

- Apakah hanya pada Bulan Ramadhan saja kita men”sucikan” diri

- Apakah hanya pada bulan Ramadhan saja kita bersedekah, infaq dan berbuat kebaikan.

- Dan kenapa kita harus memaksa saudara-saudara kita yang bukan non-Muslim untuk menghormati kita dengan tidak makan dan minum didepan kita, Bukankah godaan itu yang perlu dilawan oleh orang yang sedang berpuasa.

- Kenapa Puasa dijadikan alasan untuk mengurangi kinerja di Kantor/Bengkel.

Kalau ada yang bisa menjawab dengan tuntas saya kasih jempol.

NB: Saya Islam.sejak lahir, pertanyaan ini untuk kalangan sendiri.

Wassalam.

Ilalang

Gemeresik ilalang kering

Meyelinap pinggiran tajam

Meringis mencari kasih

Dia pergi membawa malu

Hembus telinga memerah

Nyanyikan desiran buluh perindu

Meyusup sekujur tubuh

Bulu halus berdiri membisu

Dia terlena terhempas tak sampai

Ribuan pelangi menopang raga

Petir menggelegar tak terjaga

Terseyum indah pada perkasa

Dalam

kelembutan , dia diperkosa

kesyahduan , dia ditelanjangi

kepasrahan, dia dikhianati

Sejuk sepoimu meyebar prahara

Melumat jiwa remaja

Dia pergi membawa raga

Cari dia disela ilalang

Andi, 150809

Marhaban Ya Ramadhan

Sobat, walau dalam hayalan alam maya

Hembusan nafasmu mengelus hangat

Membuat hati ini berbinar

Dalam riaknya keluarga Taman

Kutau diriku siapa

Tamu berbekal nekat

Tanpa ilmu mencoret ruang

Merusak taman kebanggan sobat

Maafkan, maafkan diriku

Celoteh usil tak bermakna

Bebaskan diriku dari kesalmu

Agar Ramadhan rela memelukku

Mohon maaf lahir bathin, dan selamat menuaikan Ibadah Puasa bagi yang mengamalkan, dan salam merdeka.

Andi, 140809

Penantian

Detik detik menggelitik hati

Alur hidup berkelok memusingkan

Tertidur mimpi mendengkur pagi

Tersentak, kau berupa hanyalan

Umur tergerus masa

Dosa pahala tumpang tindih

Terpelintir terhujam kedasar bumi

Berputar mengawang kepusat langit

Darah mengalir berbintik bintik

Amal maksiat menjalin kasih

Berselingkuh dalam kemunafikan

Remukan segumpal daging

Bukan aku tak takut mati

Tapi bosan menanti

Akhir dari kemunafikan ini

Biarlah aku kembali

Ya Allah Ya Rabbi

Mati adalah takdirmu

Hidup adalah Rahmat Mu

Ku tak tahan lagi

Andi, 130809

Hayalan Semalam

Malam merajut sunyi

Pekat mendulang mimpi

Angin similir berbisik sedih

Mengiringi tetesan air mata ditepian hati

Hati ini terbentuk benci

Melahap tipisnya selaput kasih

Tak bersisa walau sehirup

Membuat diri terseret dalam hayalan gila

Bunuh dan cincang

Jadikan dendeng terserak kering

‘Tuk landasan lalat hijau menderu

Membusuk makanan belatung melompat

Berapa banyak lubang dengki dihatiku

Menganga menampung ludahan setan

Basah lembab sarang virus permusuhan

Bakar, hanguskan biar semua jadi arang

Astagfirullah, eling eling

Lawan-lawan, jangan biarkan bersarang

Tutup-tutup, lubang nafsu setan

Buang-buang, kerak kerak hitam

Alhamdulillah

Puji Syukur atas getokan mu Tuhan

Lintasan sadar hayalan gila terbuang

Hati plong , haripun terang benderang

Andi, 120809

Nafsu

Kutatap engkau dengan nanar

Tubuhmu meliuk berbisa

Menghancurkan benteng tak bertuan

Melumatkan daging terkoyak melayang

Wajah sinaran Dewi Sri penuh asih

Jiwa pancaran Durga durjana penuh dengki

Perkosa, lecehkan bagai bayi tabung tak jadi

Menari bersorak diatas tengkorak retak

Ah, Nafsu kau pesanding abadi

Ingin kulepas walau harus mati

Dibanting dibakar disiram do’a

Tetap menggrogoti tulang kropos ini

Akal diam mati kepinding

Tak berkutik ikut mengunyah

Keringat dan tulang kering

Akal, akal kenapa kau menghilang

Andi, 110809

Taman

Nun jauh dibatas lazuardi

Terhampar Taman indah penuh warna

Kuringankan langkah bak melayang

Hampiri taman bagaikan kumbang

Up, gaya tertahan

Taman indah berpagar Mawar Hitam

Duri tajam memiriskan hati

Langkah setapak ditahankan

Pusaran nanar berpedar

Maju tercabik mundur malu diri

Tiada asal apalagi muasal

Bibi Cantik menyilahkan diri

Lifespirit , mendorong maju

BISikan KAlbu terseyum malu

Mengelak pasangan mata para Suhu

Zappra,Alexia, serta para punggawa

Taman yang elok penuh seyum

Dibanting, dirobek, dibongkar

Apalah artinya

Bila ku tetap kekal di Taman.

Andi, 100809

Aku ini siapa

Malam merajut sunyi

Halimun menutupi hati

Desiran angin menusuk sendi

Kolam galau penuh arti

Alam bersatu dengan diri

Bertanya dan mencari

Merambat menembus pori

Tubuh sebatang mengungkit diri

Penuh gejolak dan gertak

Gregetan otak bertanya, siapa aku

Terdengar bisikan entah dimana

Kau bukan siapa siapa

Jangan bohong, gossipnya aku perkasa

Rela terkapar tanah demi harta

Ah kasihan manusia pintar tapi bodoh

Bohongnya untuk sarapan

Kau bukan siapa siapa

Hanya hamba sahaya tak berguna

Allahu Rabbi maha pencipta

Sadarlah, kau bukan siapa siapa

Andi 080809

TERGADAI

Belatung pesta pora

Tulang putih dilukis darah

Telentang telungkup diseantero Nusantara

Merenggang yawa demi Merdeka

Amis darah memerah cakrawala

Pamrih sekedar kidung sepi

Gemeretak jiwa menahan marah

Peluru menerjang garang di dada

Terkubur tanpa nama

Merdeka tak dirasa

Jasa tak terlihat

Pahlawan tak bermakna

Kini hidup kami tergadai

Pada gemerlap kemerdekaan

Kami maju tapi mundur

Semangatku tercuci lembaran rupiah

Andi 070809

Jejak

Kulangkahkan kakiku

Menapak dilembutnya pasir

Kumenoleh

Tiada jejak

Bintik bayang mengelusku

Ku menengadah

Jejak menari diawan putih

Timbul tenggelam semburat mentari

Mimpi, kucubit cubit

Pedih

Sadar

Kembalilah jejak

Andi 050809

Seandainya anda seorang Karyawan dan sedang dimarahi oleh atasan anda, secara spontan atasan anda mengucapkan:

1. Saya tidak suka dengan hasil kerja anda - dengan suara pelan

2, Saya tidak suka dengan hasil kerja anda - dengan suara membentak

Apakah penilaian anda terhadap atasan anda akan berbed antara 1 & 2.