Yahoo Answers akan ditutup pada 4 Mei 2021 dan situs web Yahoo Answers sekarang tersedia dalam mode baca saja. Tidak akan ada perubahan pada properti atau layanan Yahoo lainnya, atau akun Yahoo Anda. Anda dapat memperoleh informasi lebih lanjut tentang penutupan Yahoo Answers dan cara mengunduh data Anda di halaman bantuan ini.

dark.phoenix60 ditanyakan dalam Seni & InsaniBuku dan Pengarang · 1 dekade yang lalu

Ini bagian kedua dari ceritaku. Bab1 Setelah prolog. Tolong penilaian dan ejaaannya?

Bangsa Ra, bangsa pembuat angin dan pencipta badai pasir yang sangat lihai. Tak ada bangsa lain yang menandingi kelebihan milik mereka. Sampai Damian menjadikan sebagian besar bangsa itu sebagai budak miliknya seorang. Mereka bersembunyi dari dia dibalik benteng tempat Red dirawat. Setidaknya ada sebelas sampai lima belas tenda berdiri tegak. Setiap tenda bisa diisi tiga-lima orang. Mereka semua adalah orang yang berhasil melindungi diri, walau hanya sementara.

Akasha berjalan kesana kemari membawa bungkusan berisi obat. Ia sudah mencari dari satu tenda ke tenda yang lain selama berjam-jam, dan akhirnya ia mendapatkannya. Dengan segera, dirinya bergegas, menuju tenda tempat Red tidur.

Sesampainya di sana, ia duduk, memandangi Red sebentar, lalu meracik bahan obat yang didapat tadi menjadi serbuk. Tentu semua dilakukan dengan angin. Satu-satunya sihir elemental miliknya. Seperti yang lain. Ia mengubah angin di telapak tangannya menjadi angin puyuh kecil yang tajam. Dipotongnya dedaunan dan ranting serta biji obat seluruhnya juga sebuah apel ranum yang dicampur satu jadi serbuk. Serbuk itu ditaruh dalam selembar kertas bercorong dan diminumkannya pada Red dengan hati-hati. Agak susah melakukan hal ini, dikarenakan tubuh Red yang besar.

Gizard dan Sitera, adiknya datang tepat setelah Akasha selesai.

“ Kakak…” sapanya.

“ Gizard..Sitera..ada apa.”

“ Hanya ingin melihatmu dan orang ini.” jawab Gizard sambil mengedikkan kepalanya pada Red. “ Aku Cuma menemani adikku ini…”

“ Tapi sebenarnya kau penasaran, kan?” tukas Sitera.

“ Diam!” bentak Gizard yang malah membuat Sitera tertawa-tawa.

Sitera, adik Gizard, berumur delapan tahun. Tatanan rambutnya sama dengan Akasha. Bedanya, Rambut Sitera dihiasi jepit kecil, bukan bulu. Tubuhnya hanya sampai sepinggang kakaknya.

Gizard bisa dibilang bertolak belakang dengan Sitera. Umurnya selisih sepuluh tahun lebih tua, yaitu delapan belas tahun. Untuk tingkat standart laki-laki, ia tidak begitu memenuhi kecuali wajah yang tampan dengan mata biru. Rambutnya berwarna hitam keabu-abuan dan tidak dipotong rapi. Sekarang, ia hanya memakai celana panjang dan sepatu kain warna coklat andalannya.Rompi kulit menyelimuti tubuh atasnya. Ia duduk di samping Akasha dan memperhatikan Red yang masih belum sadar.

“ Dari mana dia datang?”

“ Entahlah.”

Gizard mendengus, “ Kuharap dia bukan dari bangsa Amphitere ******** itu. Aku tak sudi ada orang dari bangsa ****** itu masuk ke sini.”

Akasha diam. Ia membiarkan Gizard berkata seperti itu. Dia pemuda yang kasar dalam perkataan, tapi baik. Ia membenci bangsa Amphitere yang telah merenggut nyawa orang tuanya delapan tahun silam sebulan setelah Sitera lahir. Sejak saat itu, ia selalu dendam dan tidak segan-segan menghabisi orang-orang Amphitere yang bertemu dengannya.

“ Jika dari bangsa lain selain Amphitere, aku akan berterima kasih. Setidaknya ada teman untukku setelah ia sadar.” Gizard berdiri dan pergi dari tenda. Sitera masih menemani Akasha. Sebenarnya hari ini mereka akan berlatih membuat obat untuk luka bakar bersama-sama. Akasha melirik ke arah Red.

Jika bukan dari bangsa Amphitere, Gizard. Aku tak yakin dengan harapanmu. Kata hati Akasha. Sitera menepuk lutut Akasha agar ia ingat bahwa dia, Sitera kecil masih di sini dan memintanya menepati janji. Cepat-cepat, Akasha memulai kegiatan dengan Sitera. Sitera berlari mendahului Akasha ke tempat yang telah dijanjikan kemudian duduk bersama dan mulai bekerja. Sitera sangat cepat belajar dan memahami sesuatu. Ia ingin dirinya seperti Akasha. Peramu obat terbaik bangsa Ra saat ini. Mereka berdua meninggalkan Red di tenda.

Jari tengah kirinya sedikit bergerak. Pelan sekali, kemudian berhenti.

2 Jawaban

Peringkat
  • Anonim
    1 dekade yang lalu
    Jawaban Favorit

    Lanjutkan

    Tetap semangat dalam berkarya!

  • 1 dekade yang lalu

    Dengan segera, dirinya bergegas, menuju tenda tempat Red tidur.

    Saran saya: perhatikan penggunaan koma karena yg sy lihat di atas ada beberapa koma pada kalimat yg bisa diminimalisasi tanpa mngubah gaya tulisan yg hendak disampaikan

Masih ada pertanyaan? Dapatkan jawaban Anda dengan bertanya sekarang.