Yahoo Answers akan ditutup pada 4 Mei 2021 dan situs web Yahoo Answers sekarang tersedia dalam mode baca saja. Tidak akan ada perubahan pada properti atau layanan Yahoo lainnya, atau akun Yahoo Anda. Anda dapat memperoleh informasi lebih lanjut tentang penutupan Yahoo Answers dan cara mengunduh data Anda di halaman bantuan ini.

BathiQoY ditanyakan dalam Seni & InsaniFilosofi · 1 dekade yang lalu

Pemberdayaan Mansia Dimata Anda?

Manusia lanjut usia, mereka biasa dipanggil dengan Mansia. Secara fisik mereka memang tidak setangguh dan seproduktif saat mereka masih muda. Namun, tentu saja pengalaman mereka menjadi modal dan nilai tambah tesendiri. Atau justru perasaan memiliki pengalaman tersebut yang membuat mereka dijauhi. Karena dengan begitu mereka dianggap "sok tahu" dan "keras kepala".

Panti Jompo, apa mereka layak berada disana?,walau mereka sakit-sakitan, tidak produktif,sok tahu, bawel.

Jika Anda menjadi menteri pemberdayaan Mansia, langkah-langkah apa saja yang akan Anda ambil untuk mendukung pemberdayaan bagi kaum Mansia?, tentunya agar terjalin kesejahteraan menyeluruh antar generasi.

Salam =)

Perbarui:

@ Kezia, jawaban lu bikin gue ngakak, khas Kezia :o)

@Asura, bagus...tapi butuh sistem dan proses berkesinambungan. Jadi kayak lembaga konsultan yg didominasi dengan wong tuir.

@ Puri, ha ha edan, seru juga ide mu

@Nevo, yeah... ada lapangan kerja baru...jadi pendengar Mansia, bukan pekerjaan mudah he he. Buat para Mansia jadi happy. Go Mansia go..speak your mind.

@Ulus, prediksi gue, ada banyak yang mengernyitkan dahi membaca jawaban Anda. Mereka itu para "korban" Mansia, ho ho ho.

@Moedan, hmmm...nyang ini jawabannya khas moedan, khas akademisi, thanks bgt ya *o*//

7 Jawaban

Peringkat
  • 1 dekade yang lalu
    Jawaban Favorit

    Apa kabar BhatiQoY....??

    Mansia mereka memiliki pola pikir yang sudah tak bisa dirubah lagi jadi kita harus bisa menjadi pendengar yang baik untuk mereka,mungkin kita hanya bisa menggali pengalaman mereka dengan mengajaknya berdialog,mansia sangat senang jika ada orang yang mau dengan sabar mendengarkan kisah2 hidupnya ,sesekali sisipkan pertanyaan2 ringan untuk merangsang daya ingatnya jangan pernah membantah atau menentang apalagi mengatakan salah tapi dengarkan saja apa yg mereka katakan,kita takkan bisa mengubah pola pikir mereka apapun yang mereka katakan mereka selalu menganggapnya benar.

    Sebenarnya para mansia mereka hanya ingin mendapatkan perhatian lebih dan dihargai akan eksistensinya didunia ini,karena para mansia sudah tak produktif lagi terkadang kita juga kurang menganggap & mempedulikan akan keberadaan mereka.

    Para mansia tentunya lebih menginginkan hidup dengan anak cucunya sendiri daripada dipantai jompo,yah mungkin mereka juga merasa terbuang dengan ditempatkan ditempat tersebut kecuali memang untuk orang2 yg sudah tak memiliki famili.

    Hanya menggali dan belajar dari pengalaman2 mereka (mansia) kalee....hehehe...

  • 1 dekade yang lalu

    Ya, memang selalu ada perbedaan persepsi karena perbedaan usia.

    Yang muda, yang perkasa, yang bertenaga, sering menganggap remeh yang tua yang tidak sedinamis dulu. Orang tua dianggap sok tahu, meskipun ada juga yang memang benar2 tahu tanpa harus bersikap sok. Siapapun yang bersikap sok sebenarnya sedang berlindung dibalik sok itu.

    Perbedaan latar belakang kondisi jaman, juga bisa jadi menjadi penyebab berbedanya pikiran.

    Yang lama tidak selalu bisa diterapkan pada hal-hal baru, terutama yang progresifitasnya tinggi.

    Panti Jompo itu seperti tempat menitipkan bayi/anak. Bukannya ada pendapat kalau sudah kakek-nenek mereka akan kembali menjadi masa kanak-kanak yang lebih bawel dan minta diperhatikan ini itu. Layak tidak layak, itu kembali pada pemahaman hubungan dekat manusia dengan orang tuanya, orang yang membesarkannya. Mereka yang punya waktu untuk merawatnya sendiri di rumah, kenapa harus menitipkan kepada orang lain?

    Gue tidak bilang pro atau kontra, tapi dilihat kebutuhan dan kepentingannya.

    Dulu pernah baca curhatan seseorang lewat forum lain, ceritanya dia anak tunggal, wanita, harus menikah dengan orang asing dan hidup dengan suaminya di negeri orang, sementara sebenarnya dia mengasihi orang tuanya namun terpaksa menitipkan ke panti jompo karena bila dititipkan ke kerabat yang lain di Indonesia selain biayanya lebih mahal (kan harus setor uang ke kerabat, belum lagi bayar biaya jasa yang tak tertulis tapi malah jadinya lebih boros), jadi dia mengirim ke panti jompo yang menurutnya terbaik secara pelayanan dan fasilitas.

    Namun apakah ini membuat orang tuanya bahagia? entahlah, sulit mengusahakan kebahagiaan yang merata untuk semua orang. Dia sendiri harus melakukan tanggungjawab sebagai istri - ikut suami, namun tanggungjawab sebagai anak dinomorduakan, sekali lagi ini tentang memanage prioritas dalam hidup.

    Panti jompo kadang jadi solusi yang baik, daripada tinggal di rumah ditelantarkan, atau menimbulkan perselisihan saja.

    Itu bisa juga dirasakan sebagai tempat pembuangan, entahlah.. gue kan belum merasakan..

    Kalau gue jadi menteri, mending urusan pemberdayaan wanita dan perlindungan anak-anak, daripada mansia.. hehe...minta re-shuffle cabinet dong...!!

    tapi kalau terpaksa ya gimana dung enaknya gue harus survey dulu kali yee.. apa sih kebutuhan utama para mansia, dan bagaimana mereka masih bisa diberdayakan (aduh, kok udah tua masih juga mau dimanfaatin sih! kejam yaa)... jadi gue punya policy untuk menjadikan masa tua masa untuk senang-senang menikmati hidup saja lah.. ngga usah pusing2 cari uang lagi gitu loh.. sudah cukup kan cape2nya hidup, sekarang baca buku aja, nulis blog kek, gabung yahoo answer kek, bernarsis ria dan bernostalgila di facebook khusus manula kek, atau mengadakan kegiatan bertema spiritual, ya iya lah... orang jatah usia udah mau habis, mo apa lagi kalau nggak mencari jalan ke surga... hehe.. pokoknya have fun go mad with Kezia for mansia....! mereka pasti jadi muda lagi...

  • 1 dekade yang lalu

    hmmm.... menuju fase 'dewasa akhir' (diatas 60th, lanjut usia/lansia) akan 'terasa sulit' sebab pd fase inilah hampir smua 'potensi diri' dan 'keberdayaan' yg dimiliki sejak remaja (13-18 tahun), dewasa awal (19-39 tahun), dewasa pertengahan (40-60 tahun) telah 'terlucuti' oleh usia/waktu. kehilangan satu persatu 'keberdayaan' ini sering memberi problematika psikologis bila tak dibarengi keikhlasan mengikuti (mempelajari) perkembangan/perubahan aspek kejiwaan semenjak awal dilahirkan hingga mempersiapkan kematian kita.

    proses menua yg selalu dipandang sbg proses alamiah terkadang membuat lalai dlm menyiapkan mental (mentally forwardness) kita. kesibukan mengurusi hal2 yg lebih bersifat materiil ketimbang spirituil menjadikan kita lupa bhw kita pasti menua dan hampir dpt dipastikan hal2 yg bersifat materiil akan menurun nilai kegunaannya dlm menopang hidup2 di masa lansia. sbg contoh misalnya ketika kita dipaksa utk sadar ttg perlunya menjaga kesehatan (jiwa&raga), kitapun lalu dgn sukarela memilah makanan2 'sehat dan aman' yg dulunya boleh sebanyak2 di masa2 muda; inilah salah satu bukti bhw kita akan dipaksa mengurangi sedikit demi sedikit ketergantungan pd hal2 yg lebih bersifat materiil.

    kurangnya kesiapan mental dan masih tingginya ketergantungan pd aspek materiil ketika akan memasuki fase lansia itulah yg sering memicu munculnya 'pribadi sulit' akibat dari ketidakberhasilan menggali 'keberartian diri' ketika mendapati kenyataan kualitas hidup lansia yg terus menurun. 'pribadi yg sulit' ini sering terimplementasikan pd perilaku2 kekanak2an, manja, kaku/kolot, dst.

    >> Panti Jompo, apa mereka layak berada disana?

    bagi para anggota keluarga yg merasa kerepotan mengurusi dan merawat mansia, panti jompo mungkin saja bisa dijadikan alternatif solusinya, sepanjang kebutuhan mendasar mansia yakni keberartian diri dan kualitas hidup mereka dpt dipastikan tercukupi/terpenuhi.

    >> pemberdayaan bagi kaum Mansia?

    hmmm... berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007 proyeksi jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang, dan dari jumlah ini diperkirakan pd 2010 s/d 2020 akan terus naik mencapai 11,34% dari keseluruhan penduduk Indonesia. dpt dibayangkan dgn jumlah sedemikian besarnya populasi lansia boleh jadi akan menjadi beban yg memberatkan keuangan negara, namun dpt pula menjadi potensi terhabarui bila mampu diberdayakan.

    fokus pemberdayaan lansia semestinya diprioritaskan pd perbaikan kualitas hidup (jasmani&rohani) terlebih dulu, melalui program kegiatan yg diarahkan utk menumbuhkan dan membangun keberartian diri dgn mengajak lansia proaktif berpartisipasi pd kegiatan kesehatan, keterampilan, rohani hingga rekreasi; dgn melibatkan pula partisipasi aktif dr keluarga sendiri dan lingkungan tetangga. memberikan sosialisasi penyuluhan ttg perlunya kesadaran mempersiapkan diri (fisik dan mental) menjelang memasuki masa2 lansia agar tak ada semacam ketakutan menjadi tua dan ketuaan bukan halangan bagi kita utk dpt terus berdaya dan berkarya scr mandiri.

    hmmm... saya ko' jd teringat sbuah ungkapan "menjadi tua itu pasti, namun menjadi dewasa itu pilihan".

    ----

    useful hopefully.. thanks.. ^_^

    Sumber: psikologi perkembangan, bps, http://www.datastatistik-indonesia.com/proyeksi/in...
  • 1 dekade yang lalu

    Manusia lanjut usia harus lebih disayang, itu saja.

    Siapa pun bisa menyayanginya.

    Jangan jadikan barang bekas, tidak bisa didaur ulang.

    Sayangi saja.

    Antik, kan?

    Saya tambahkan:

    Jika bicara korban, kita semua korban.

    Saya banyak menyaksikan anak yang malang dikuasai orangtuanya sampai si ortu meninggal.

    Saya banyak menyaksikan orang tua yang malang, disia-siakan pada masa tuanya.

    Saya banyak menyaksikan orang2 tak peduli tua atau muda, hanya melulu memikirkan dirinya saja, dengan dalih apa pun baiknya.

    Kita mungkin orang2 yang beruntung, hanya itu.

  • ?
    Lv 4
    1 dekade yang lalu

    Saya sangat sadar bahwa "pengalaman hidup" seorang mansia itu merupakan nilai tambah tersendiri dibandingkan pemuda-pemuda yang masih produktif...

    Hanya saja...

    Kebanyakan mansia itu punya penyakit yang sering kita sebut dengan PIKUN.

    Jadinya lupa deh pengalaman-pengalaman yang telah ia lalui sepanjang hidupnya itu. Nilainya pun jadi hilang...

    ...

    Maka klo saya jadi menteri pemberdayaan Mansia... saya akan menaruh perhatian serius BUKAN kepada mansia nya, tetapi pada Panti Jomponya...

    Memberdayakan Panti Jompo bukan sebagai tempat pembuangan orang pikun, melainkan sebagai tempat pengobatan orang pikun. Biar sembuh tuh pikunnya dan ingat lagi pengalaman-pengalaman hidup yang telah ia lalui selama hidupnya itu...

    Klo udah sembuh? Mari berdayakan Mansia sebagai guru dalam membimbing generasi muda ke arah yang lebih baik...

    Sumber: Bisa ga ya?
  • 1 dekade yang lalu

    pemikiran orang mansia mungkin sudah berbeda dengan cara berpikir dari orang-orang yang masih muda...mereka cenderung memiliki pengalaman hidup yang mungkin mempengaruhi cara berpikir mereka pula....tidak selamanya mansia itu sok tau atau keras kepala..tetapi pernah ada yang bilang..kalau orang sudah beranjak tua, sifat mereka kembali menjadi seperti anak-anak..yang butuh perhatian lebih, dan sedikit cerewet...kehidupan kembali menjadi awal dimana mereka baru tumbuh....

    pemberdayaan mansia yah..mungkin dibuka konsultan tentang kehidupan ...apa2 yang telah mereka jalani dalam kehidupan...atau bisa membuat catatan2 kehidupan mereka agar bisa dipelajari oleh anak2 muda dan menjadi tulisan sejarah itu sendiri....

    konsultan kehidupan...bagaimana bisa survive...seep...

  • 1 dekade yang lalu

    membuat perkumpulan khusus mansia shg mreka bisa berkarya bersama2 d'usia mreka yg dah tua..

Masih ada pertanyaan? Dapatkan jawaban Anda dengan bertanya sekarang.