Yahoo Answers akan ditutup pada 4 Mei 2021 dan situs web Yahoo Answers sekarang tersedia dalam mode baca saja. Tidak akan ada perubahan pada properti atau layanan Yahoo lainnya, atau akun Yahoo Anda. Anda dapat memperoleh informasi lebih lanjut tentang penutupan Yahoo Answers dan cara mengunduh data Anda di halaman bantuan ini.

JALU
Lv 6
JALU ditanyakan dalam Seni & InsaniFilosofi · 1 dekade yang lalu

" Kepatuhan " Sang Juru Kunci?

Tak ada panas membara yang mampu melelehkan keberaniannya

Tak ada gelegar suara gemuruh yang membuatnya lari lintang pukang

Sang juru kunci tetap berdiri menatap keangkuhan Merapi

Dia tak menantang sekalipun tegak berhadapan

Walau akhirnya Ia tersapu dengan penuh kesadaran akan arti sebuah pengabdian

Kemudian kita ramai berbicara tentang sebuah Kepatuhan dan keteledanan sang Juru Kunci.

Sahabatku , berceritralah tentang ini , ajari aku dengan wawasan bijak kalian , tak ada maksud untuk memberi kritik pada sebuah keyakinan yang memberi kedamaian hati untuk seseorang.

Aku hanya ingin belajar untuk memahami sebuah sikap yang bisa membuatku menjadi lebih bijak seperti kalian .

- Haruskah sebuah kepatuhan dipegang dengan mengabaikan segalanya ?

- Dalam sebuah ekosistem haruskah kepatuhan ditujukan pada seseorang ( siapapun itu ) atau pada sisitem itu sendiri ?

- Adakah keteladanan yang bisa kita ambil dari sikap kepatuhan ini ?

- Dalam konteks kekinian , masihkah kita butuh sikap " kepatuhan " semacam ini .

- Jika "kepatuhan" ini adalah sebuah pesan , pesan apa kira2 yang ingin Disampaikan ?

Nah ... Sobat , aku selalu bersemangat ketemu kalian , ajari aku tentang ini ya ?

Salam

12 Jawaban

Peringkat
  • ?
    Lv 5
    1 dekade yang lalu
    Jawaban Favorit

    @Jalu yang arif dalam tanya tentang sikap dan menyikapi hidup. Bolehlah saya ikut berbagi.

    Jika kita sepakat bahwa sikap bersumber dari pandangan dan juga sikap sebagai sumber laku, maka:

    fenomena dan tanggapan umum tentang "sang juru kunci" dalam peristiwa alam itu; ingin saya frame sebagai kasus dalam kita memaknainya menurut pengertian saya.

    Jika kita sepakat bahwa pandangan, sikap dan laku manusia adalah keunikan pada setiap orang (sang juru kunci), kita pandang sebagai integritas pribadi seutuhnya.

    Oleh karena itu, @Jalu, maka mari kita tinjau inti persoalan dalam pengertian bersama tentang "pandangan" manusia (universal) sebagai pandangan terhadap dunia suatu cita2.

    1.Point of view Amos Rappoport , mengatakan:

    ...Skema merupakan produk dari apa yang tampaknya merupakan proses dasar dari pikiran manusia bekerja.... Skema merupakan produk apa yang tampaknya merupakan proses dasar dari pikiran manusia, untuk memberi arti kepada dunia, untuk memanusiawikannya dengan menyodorkan tatanan kepadanya -suatu tatanan kognitif yang sering dicapai melalui klasifikasi dan penamaan, atau melakukan pembedaan.... Dunia bersifat kacau dan tak menentu; pikiran manusia menggolongkan, membedakan, dan menata......(Reff: 1)

    2.Skema rupanya menjadi "blue print" sikap dan sikap menjadi pedoman laku. Tentunya autentitas ini tak terlepas dari "balutan kehendak budaya" yang melingkupi setiap insan yang berbudaya...dan, singkatnya: balutan budaya ini, nyatanya menjadi tirai yang menghalangi otentisitas "manusiawi" kita pada umumnya...sehingga kita mulai kabur tentang apa yang otentik, selanjutnya kita hanya mengenal "tirai" budaya itu sendiri, akhirnya....menganggap tirai budaya itulah yang dijadikan otentisitas bagi setiap individu sebagai anggota masyarakat....dst.

    3.Kasus (fenomena "sang juru kunci") yang kalau boleh saya katakan "berhasil" menemukan otentisitas dirinya, bagi kita, dan kbanyakan orang tampak "asing" dalam kemasan mulia, luhur, sebaliknya juga sebagai perilaku irasional, dan segala "cap" yang tidak dimiliki oleh selain diri otentik itu sendiri.

    4. Where are we in between an authentic and/or unauthentic?. Does it to be?; should be? must be?

    Salam.

    Sumber: Asal Mula Budaya arsitektur, dalam Pengantar Arsitektur, hal 15, 1991, Penerbit; Air langga
  • 1 dekade yang lalu

    Saya tidak tau persis kepatuhan yg dia lakukan demi siapa, untuk siapa dan buat apa.

    tapi menurut saya sang juru kunci (maaf) mati konyol.

  • 1 dekade yang lalu

    kalau Sri Sultan bilang, mbah Marijan mbalelo..

    http://nasional.vivanews.com/news/read/185654-sult...

    "mbalelo" is tidak patuh bin ndableg.. hehe (sorry ya mbah!)

    yang ramai bicara itu media, biar ada berita yang bisa jadi headline, tapi saya sendiri tidak menganggap itu sebuah kepatuhan, apalagi untuk ditiru.. kalau soal kesederhanaan dan unik berpikirnya, itu hal lain lagi yang bisa diteladani.

    saya baru saja bertanya tentang idealisme, menurut saya idealisme seseorang dalam meyakini sesuatu bisa saja membuatnya menjadi patuh mutlak atau sebaliknya.

    juru kunci itu fungsinya sebenarnya apa? untuk memperingatkan para pendaki mengenai keadaan gunung apakah cukup aman atau berbahaya utk didaki. kuncen juga dipercayai masyarakat sekitar mempunyai kepekaan thd kondisi gunung, jadi selagi kuncen tidak turun, masyarakat sekitar juga tidak panik dan menganggap enteng ancaman bencana.

    - Haruskah sebuah kepatuhan dipegang dengan mengabaikan segalanya ?

    aduh.. ya ge-o-be-el-o-ka aja kalau lantas mengabaikan segalanya.

    kepatuhan sama siapa dulu? sama yang "dianggap" benar (baca: agama) pun belum tentu berdampak baik utk orang lain.

    contoh lain kepatuhan militer thd komandan: sifatnya memang mutlak, tapi kita manusia punya nurani yang membedakan dari robot, jadi gunakan nurani tersebut.

    - Dalam sebuah ekosistem haruskah kepatuhan ditujukan pada seseorang ( siapapun itu ) atau pada sisitem itu sendiri ?

    ehm.. IMAO.. tidak harus sih pada seseorang atau sistem, tapi penyeimbangnya harus jelas yaitu kepatuhan yang berpihak pada kebaikan semua orang. di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

    ada norma2 yang kita tidak bisa seenak sendiri utk melawan arus, ada hukum2 yang tidak perlu kita junjung tinggi karena merugikan sebagian orang... i am more concern to be critical than 100% obedience.

    - Adakah keteladanan yang bisa kita ambil dari sikap kepatuhan ini ?

    moral story-nya: kepatuhan mutlak adalah kebodohan.

    saya tidak bilang bahwa mbah marijan mati karena kebodohannya, tapi sy memang "marah" karena banyak orang lain jadi mati karena percaya mbah marijan. orang boleh bilang mati itu takdir, dan mbah tidak bisa disalahkan atas kematian orang lain... tapi bagaimana dengan yang tidak percaya takdir?

    - Dalam konteks kekinian , masihkah kita butuh sikap " kepatuhan " semacam ini .

    saya menyebutnya loyalitas. kesetiaan terhadap pekerjaan, kesetiaan terhadap tanggungjawab.. tapi tentu saja harus dibarengi dengan sifat realistis. sy tidak percaya perklenikan dan bisikan arwah, jadi kalau saya jadi kuncen pasti sy buang "kunci"nya dan meminta masyarakat mempercayai insting dan data PVMBG daripada prediksi tanpa dasar.

    - Jika "kepatuhan" ini adalah sebuah pesan , pesan apa kira2 yang ingin Disampaikan

    kalau Merapi atau gunung2 lain sudah mulai update status dari Waspada, Siaga, jadi Awas... ya jangan diremehkan, apalagi diabaikan...

    baca berita sebelum kejadian meletus: Presiden meminta mbah maridjan mengutamakan keselamatan masyarakat http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/10/22...

    dan endingnya justru mengecewakan...

  • SATRIA
    Lv 5
    1 dekade yang lalu

    Salam

    Kepatuhan (compliance) artinya mengikuti suatu specifikasi standard hukum yg jelas dan mereka yg telah menyadari bahwa kepatuhan merupakan nilai luhur atas kesejatian dirinya maka ia akan membingkainya dalam sebuah komitment yaitu yg melampaui segala bentuk perbedaan yg tak dapat dihancurkan oleh segala bentuk kekurangan, kelemahan atau keterbatasan lahiriah karena ketika kita sudah mengikatkan diri dalam satu komitment maka "kita telah mati terhadap kepentingan diri sendiri".

    >Kepatuhan bukan berarti mengabaikan yg lainya tetapi dg kesadaranya akan memprioritaskan pada tugas utamanya.

    >Kita tak akan bisa patuh terhadap orang lain selama kita tak bisa patuh terhadap diri sendiri

    >Keteladanan yg bisa diambil adalah dia telah patuh terhadap komitmentnya sendiri mungkin bagi kebanyakan orang keputusanya agak konyol tapi karena memang dia bukan orang kebanyakan.

    >Dari awal samapai akhir sikap kepatuhan merupakan suatu keharusan mengingat siapa diri kita yg sesungguhnya dan bagi mereka yg telah memahami dirinya sendiri akan bersifat lentur sehingga tak akan bersinggungan dg siapapun dan dalam keadaan apapun.

    >Hm...Patuhlah pada diri sendri sebelum patuh terhadap yg lain..!!

    -salam damai semesta-

    Sumber: ~Spontan~
  • 1 dekade yang lalu

    aku tak pernah berpikir tentang kesetiaan terhadap benda mati yang menyebabkan orang lain ragu bertindak karena tindakanku

    kepatuhan yang aku kenal hanya kepatuhan terhadap yang paling berkuasa

  • 1 dekade yang lalu

    hmmm... seorang teman berprofesi sbg nahkoda sebuah kapal penyebarangan antar pulau berpendapat : "ahh.. mungkin cuman seorang nahkoda macam aku ini sang 'juru kapal' yg bisa paham apa yg terjadi dgn sang juru kunci. pastinya aku pun akan berusaha setengah mati utk menyelamatkan seluruh pengikutku, bila perlu biarlah nyawaku kutaruhkan utk menukar seluruh nyawa penumpangku. itulah kenapa nahkoda sejati tak bakalan meninggalkan kapalnya sebelum memastikan smuanya penumpangnya selamat. hanya saja, terkadang ada saja 'kesialan' sprti yg terjadi pd sang juru kunci. ada sebagian orang yg kurang paham dgn 'kehormatan' macam ini, lalu berusaha mencoba menyelamatkan sang juru kunci; yg justru malah ikut menjadi korban. atau,, bisa juga Tuhan berkehendak memilihkan beberapa 'teman seperjuangan' bagi sang juru kunci agar tak terlalu kesepian 'di sana'....

    ----

    perspektif rekaan saya,, patuh mensyaratkan setia (teguh, kukuh, dst) pd sesuatu yg diyakininya, menjadi suatu 'ikatan' yg menjalinkan (menyatukan) dirinya dgn yg diyakininya. sederhanya, sikap mental dan atau perilaku patuh itu terikat erat dgn sbuah keyakinan dan kesetiaan tertentu, yg bila tanpa salah satu diantaranya maka akan hilang keberartian keberadaan dirinya.

    >>Haruskah sebuah kepatuhan dipegang dengan mengabaikan segalanya ?

    >>Dalam sebuah ekosistem haruskah kepatuhan ditujukan pada seseorang ( siapapun itu ) atau pada sisitem itu sendiri ?

    hmmm... kepatuhan bukanlah sekedar 'alat' [menyerupai 'kewenangan' yg melekat pd jabatan/tugas/fungsi tertentu] yg dpt 'dipegang' (diserahterimakan utk digunakan) atwpun suatu saat 'dilepaskan' [oleh dirinya sendiri atwpun oleh orang lain]; melebihi drpd itu kepatuhan akan selalu dipandang sbg cara pengartian 'kebermaknaan' oleh dirinya sendiri, agar lebih 'bebas/leluasa' [bukan sengaja dikondisikan/dipertunjukkan] utk 'terlihat' bila ada pihak2 yg berkeinginan 'melihatnya'.

    >>Dalam konteks kekinian , masihkah kita butuh sikap " kepatuhan " semacam ini .

    >>Jika "kepatuhan" ini adalah sebuah pesan , pesan apa kira2 yang ingin Disampaikan ?

    hmmm... sbuah keyakinan akan selalu diuji (jika berhadapan) dgn keyakinan yg selainnya. namun, kesadaran sepenuhnya utk setia seutuhnya (tak berpaling sedikitpun) bahkan tak akan dpt diuji meski dgn kesadaran yg menyamainya. kepatuhan akan dpt dikenali oleh jiwa2 yg 'tertunduk' pd kepatuhan.

    ---

    useful hopefully.. thanks.. ^_^

  • 1 dekade yang lalu

    sekali lagi pertama-tama harus disadari bahwa kita2 ini tidak ada yang sempurna sehingga perlulah dibuatkan batasan2 baik itu etika, aturan maupun hukum untuk saling menginggatkan... tegur sapa begitu neh...!!! nah kadang kita berada pada posisi memimpin kadang pula pada posisi dipimpin ...planet ini bulat toh...!!! dan sebagai apapun kita kalo bener patuh and taat tidak akan ada bermasalah... yang bermasalah bila kebijakan tsb (printah) dibikin kebijakan lagi oleh kita dengan dalih berbagai alasan yang ujung2nya merasa paling tau atau ada kepentingan pribadi... ini yang bikin kita bermasalah...!!!

  • 1 dekade yang lalu

    Kepatuhan seseorang kepada pemimpin haruslah di imbangi dengan kebesaran kasih sang pemimpin.

    Jika sang pemimpin memiliki Budi Luhur, tidak mungkin membiarkan nyawa abdinya dalam bahaya demi suatu tujuan yang tidak jelas.

    pemimpin berkuasa meminta pengikutnya maju atau mundur. dan pengikut yang setia pasti akan menunjukan kesetiaan terhadap perintah.

    Sumber: sumber: kitab ngedumel seni pemerintahan.
  • paoel
    Lv 5
    1 dekade yang lalu

    halo, sobat..

    ketemu lagi di kita di sini... :)

    - kalau menurutku, kepatuhan itu perlu disinkronisasikan dengan rasio dan logika juga. Posisinya memang sebagai juru kunci, tapi bila situasi sudah tidak memungkinkan dan membahayakan keselamatan, haruskah kepatuhan itu tetap dijunjung tinggi? Tapi ya semua kembali ke diri masing2, kita memiliki prioritas dan persepsi masing2. dan aku percaya segala sesuatu yang dilakukan dengan niat baik akan berakhir baik juga.

    - ada sebuah kalimat yang aku suka: 'Tuhan selalu hadir sebelum nomor satu'.

    maksudku, tidak peduli di manapun kita, apapun kita, siapapun kita, Tuhan selalu ada sebelum nomor satu prioritas kita. jadi kepatuhan pun terutama harus selalu kepada Tuhan. pada saat penguasa dan sistem bertentangan, maka kepatuhan kepada Tuhan-lah yang harus selalu kita pegang.

    - keteladanan mah selalu ada dalam segala situasi dan peritiwa. kita harus kagumi juga keberanian sang juru kunci mempertaruhkan nyawanya demi sebuah kepatuhan. tidak sedikit orang yang bersedia berkhianat demi menyelamatkan nyawanya bukan?

    kita juga harus kagumi ketaatannya pada profesinya semasa hidup.

    - hmm.. mungkin di mata orang-orang yang merasa modern, kepatuhan semacam ini akan dianggap suatu yang konyol atau aneh. Tapi menurutku ada posisi2 tertentu yang memang membutuhkan kepatuhan semacam ini.

    - menurutku, ini bukan sekedar kepatuhan, tapi juga bentuk kesetiaan yang saat ini sudah sangat sulit ditemukan. sudah saatnya kita mulai mengintrospeksi diri sendiri, sedalam apa kepatuhan dan kesetiaan kita pada Sang Maha Pencipta?

    salam.

  • 1 dekade yang lalu

    Kepatuhan adlh tunduk 'n menuruti perintah seseorg ato sesuatu hal yg diyakini org yg b'sangkutan.

    Kepatuhan itu baik selama tujuan, dasar yg melatarbelakangi, 'n caranya baik, tp bukan blind obedience (kepatuhan yg membabi buta).

    Kepatuhan sehrsnya dilakukan oleh semua org, apalagi yg menyangkut sistem yg b'sifat publik spt hukum, UU, atau pun peraturan2 lainnya... krn hukum, UU, atau pun peraturan2 itu sehrsnya ada utk mengatur agar kepentingan msg2 individu tdk saling b'benturan 'n akhirnya mjd konflik...

    Kepatuhan Sang Juru Kunci, itu patut diteladani qt semua, namun hrs diarahkan ke hal2 yg positif dengan didukung akal sehat 'n tdk merugikan org lain. Qt sendiri msg2 hrs punya prinsip yg kuat dlm hdp ini 'n qt hrs patuh thd prinsip2 tsb, sehingga qt benar2 mjd sosok yg b'kepribadian. Bukan hanya asal ikut2an org lain ato sosok idola yg notabene msh manusia 'n msh dpt melakukan kesalahan.

    Mendengarkan, melihat, merenungkan, ambil sisi positifnya, terapkan dlm kehdpan sbg suatu prinsip hdp, kemudian patuhlah kpd prinsip tsb dgn kepatuhan Sang Juru Kunci.

    Semoga b'manfaat utk qt semua dlm menjlni hdp ini... :)

    Sumber: Personal experience
Masih ada pertanyaan? Dapatkan jawaban Anda dengan bertanya sekarang.